“Sebelumnya nggak sabaran kalau soal mewarnai. Kali ini lumayan. Masyaallah, warna-warna yang ia pilih mungkin belum sempurna, tapi ada kesabaran yang mulai tumbuh di setiap goresannya.” Nerlinda Anggranengtyas
Dari status WhatsApp yang diunggahnya pada Rabu, 6 November 2025, istriku menunjukkan hasil mewarnai anak kami di sekolah. Gambar itu ia dapat dari kiriman ibu guru SD-nya.
Sebagai ibu rumah tangga, tentu ia sangat mengenal kebiasaan anak sulungnya. Ada senyum kecil ketika melihat foto itu. Ia pasti tak menyangka jika anaknya bisa melakukan hal seperti itu. Anak kami bukan tipe yang bisa duduk lama. Ia mudah bosan dan cepat beralih ke hal lain. Tapi kali ini, hasilnya membuat kami sama-sama terkejut.
Memang belum sempurna, tidak sebaik anak-anak lain yang sudah pandai mewarnai. Tapi hasilnya kali ini tampak berbeda. Warnanya mulai rapi, serasi, dan dikerjakan dengan hati-hati. Tidak asal gores, dan warna yang keluar garis pun semakin sedikit. Kami bisa melihat dari karyanya bahwa ada kesungguhan di sana, sesuatu yang jarang kami lihat sebelumnya.
Dari hal itu aku jadi berpikir, mungkin selama ini kami terlalu cepat menilai. Kami sering menyebutnya tidak sabar hanya karena ia tidak bisa diam. Padahal, bisa jadi ia hanya belum menemukan hal yang benar-benar membuatnya menikmati proses.
Lewat gambar sederhana itu, aku belajar sesuatu. Anak-anak punya caranya sendiri untuk menunjukkan kemampuannya. Kadang, kesabaran dan ketekunan muncul bukan karena disuruh, tapi karena mereka menemukan sesuatu yang membuat hati mereka tenang.
Hari ini, dari selembar kertas bergambar itu, aku melihat sisi lain dari anak kami: sisi yang sabar, telaten, dan mau berusaha sampai selesai. Dan mungkin, di situlah keindahan menjadi orang tua, belajar melihat hal besar dari hal kecil yang sering kita lewatkan.
